Menjaga Stabilitas Harga Pangan merupakan salah satu tugas krusial pemerintah untuk melindungi daya beli masyarakat, terutama di tengah potensi kenaikan inflasi global. Peran sentral dipegang oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) yang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan stok cadangan beras pemerintah (CBP). Tantangan seperti gangguan rantai pasok dan cuaca ekstrem yang memicu gagal panen menuntut Bulog untuk bekerja ekstra. Keberhasilan dalam menjaga Stabilitas Harga Pangan menjadi indikator penting dalam memastikan masyarakat mampu mengalokasikan dana secara efektif, yang merupakan prasyarat vital untuk mencapai Kemandirian Finansial keluarga.
Pada kuartal ketiga tahun 2025, Bulog menghadapi tekanan besar dari kenaikan harga beras di tingkat petani akibat keterlambatan musim panen di sejumlah sentra produksi. Menurut data Bulog per akhir September 2025, CBP nasional berada di level 1,3 juta ton. Angka ini dinilai cukup aman untuk memenuhi kebutuhan konsumsi hingga lima bulan ke depan. Namun, Direktur Utama Bulog, Bapak Bima Sakti, S.E., M.M., menegaskan perlunya langkah antisipatif. “Kami telah mengaktifkan kembali program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) melalui operasi pasar besar-besaran. Targetnya, kami akan menggelontorkan 200.000 ton beras per bulan di seluruh pasar tradisional dan ritel modern mulai Senin, 7 Oktober 2025,” jelas Bapak Bima dalam media gathering di kantor Bulog.
Operasi pasar ini bertujuan untuk menekan harga eceran beras di pasar yang sempat menyentuh Rp 14.500 per kilogram, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 10.900 per kilogram. Keberhasilan dalam menjamin Stabilitas Harga Pangan akan tercermin pada Indeks Harga Konsumen (IHK). Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa sektor makanan dan minuman menyumbang inflasi hingga 40% pada bulan sebelumnya. Oleh karena itu, intervensi Bulog dianggap sebagai rem darurat yang efektif. Kepala Perwakilan BI, Bapak Dr. Fajar Gumilang, M.A., menyatakan pada hari Selasa, 8 Oktober 2025, bahwa koordinasi dengan Bulog adalah prioritas untuk menjaga inflasi tetap berada dalam koridor 3% plus minus 1.
Aspek keamanan distribusi juga menjadi perhatian. Pihak kepolisian, melalui Satuan Tugas (Satgas) Pangan, dikerahkan untuk mengawasi gudang-gudang penyimpanan beras dan memastikan kelancaran operasi pasar. Kasat Reskrimsus Polres, AKP Herman Wijaya, S.I.K., M.H., menyatakan pada Rabu, 9 Oktober 2025, pukul 10.00 WIB, bahwa pihaknya akan menindak tegas oknum yang melakukan penimbunan atau spekulasi harga di tengah operasi pasar Bulog. “Setiap upaya yang mengganggu Stabilitas Harga Pangan akan kami proses secara pidana karena merugikan kepentingan masyarakat luas,” tegas AKP Herman. Upaya Bulog menjaga CBP dan melaksanakan operasi pasar adalah tindakan nyata dalam melindungi masyarakat dari gejolak ekonomi. Dengan harga pangan yang stabil, rumah tangga dapat merencanakan keuangan dengan lebih baik, yang menjadi dasar kuat bagi terwujudnya Kemandirian Finansial di tengah ketidakpastian ekonomi.
